Mengenal lebih dekat dengan Resilient City
Di abad ini, kota-kota di dunia sedang menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan yang terus meningkat. Mulai dari dampak perubahan iklim, pertumbuhan penduduk tak terkendali yang menyebabkan infrastruktur tidak memadai, wabah penyakit, hingga serangan dunia maya.
Ketangguhan dapat membantu kota beradaptasi dan bertransformasi dalam menghadapi tantangan-tantangan seperti ini dan membantu mereka mempersiapkan diri untuk hal-hal yang tidak diharapkan dan tidak terduga. Kali ini, Jendela Kota akan membahas lebih dekat salah satu konsep kota yaitu Resilient City.
Apa itu Resilient City?
“Resilient City (Kota Tangguh) adalah kapasitas individu, masyarakat, lembaga, bisnis, dan sistem di dalam sebuah kota untuk dapat bertahan, beradaptasi, dan tumbuh dengan adanya berbagai guncangan akut (shock) dan tekanan kronis (stresses) yang di alami, baik fisik maupun sosial.” 100 Resilient Cities
Membangun ketahanan kota (Urban
Resilience) dengan cara memahami sistem yang membentuk kota dan risiko yang
mungkin dihadapi. Dengan memperkuat struktur dasar sebuah kota dan memahami
potensi guncangan dan tekanan yang dihadapi, sebuah kota dapat meningkatkan
lintasan pembangunannya dan kesejahteraan warganya.
Perbedaan Guncangan dan Tekanan
Dalam menerapkan Resilient City,
sobat planner perlu tahu bahwa ada perbedaan antara shock dan stresses.
Guncangan akut (Shock) adalah
peristiwa yang datang secara tiba-tiba dan mengancam kota. Seperti gempa bumi,
kebakaran hutan, banjir, cuaca ekstrem, kecelakaan bahan berbahaya, terorisme,
wabah penyakit, kegagalan infrastruktur, dan kerusuhan masyarakat.
Tekanan kronis (Stresses) adalah
ancaman yang berlangsung lamban dan menerus yang melemahkan kota. Contohnya
kelangkaan air, kurangnya ketersediaan rumah yang terjangkau, polusi udara,
pengangguran, kesenjangan ekonomi, sistem transportasi umum yang buruk, kejahatan
dan kekerasan.
Tantangan Kota pada Resilient City
Tantangan yang sering dihadapi kota bukan hanya guncangan atau tantangan, melainkan kombinasi dari keduanya yang dapat mengancam ketahanan kota. Sebagai salah satu contoh adalah Badai Katrina yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2005.
Bukan hanya badai yang
menyebabkan krisis di Kota New Orleans. Dampak badai diperburuk oleh tekanan
seperti kekerasan, kemiskinan, infrastruktur yang menua, degradasi lingkungan,
dan tekanan kronis (stresses) lainnya.
Kerangka Ketahanan Kota (City Resilience Framework)
Apa karakteristik dan kapasitas kota yang dapat beradaptasi dan
tumbuh dalam menghadapi tantangan ini? Apa yang membedakan Resilient City (kota
tangguh) dari kota yang runtuh dalam menghadapi gangguan dan kesulitan?
Terdapat penelitian mengenai
pengalaman kota di seluruh dunia yang mengungkapkan serangkaian faktor dalam
meningkatkan kemampuan kota untuk dapat bertahan hidup, berdaptasi, dan tumbuh
dalam menghadapi kesulitan yang hasilnya adalah City Resilience Framework (CRF).
City Resilience Framework
menggambarkan sistem penting suatu kota dalam hal empat dimensi, yaitu:
- Kesehatan dan kesejahteraan;
- Ekonomi dan masyarakat;
- Infrastruktur dan lingkungan;
- Kepemimpinan dan strategi
Karakteristik Sistem Tangguh dalam Resilient city
Untuk membangun Resilient City
(Kota Tangguh), sistem-sistem tersebut harus dirancang dan berfungsi sedemikian
rupa sehingga dapat bertahan, merespon, dan beradaptasi dengan lebih mudah untuk
menghadapi, merespon dan beradaptasi terhadap guncangan dan tekanan. Berikut
adalah karakteristik dari Sistem tangguh dalam Resilient City.
Reflective
Kemampuan untuk belajar. menggunakan pengalaman masa lalu untuk menginformasikan keputusan masa depan.
Individu dan lembaga yang reflektif menggunakan pengalaman masa lalu
untuk menginformasikan keputusan masa depan, dan akan memodifikasi standar dan
perilaku yang sesuai. Misalnya, proses perencanaan yang reflektif lebih mampu
merespons keadaan yang berubah.
Resourceful
Kemampuan untuk mengatur sumber daya. mengenali cara-cara alternatif untuk menggunakan sumber daya. Akal orang dan lembaga yang mampu mengenali cara-cara alternatif untuk menggunakan sumber daya di saat krisis dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka atau mencapai tujuan mereka.
Misalnya, meskipun rumah tangga di kota-kota di
Lembah Tengah Chili menggunakan air yang disediakan oleh jaringan kota setiap
hari, layanan ini sering terganggu setelah gempa bumi yang kuat. Sebagai
tanggapan, banyak rumah tangga memelihara sumur untuk melanjutkan penyediaan
air.
Inclusive
Komunikasi dan konsultasi secara inklusif. memprioritaskan konsultasi luas untuk menciptakan rasa kepemilikan bersama dalam pengambilan keputusan.
Proses inklusif menekankan perlunya konsultasi luas dan 'banyak kursi di meja' untuk menciptakan rasa kepemilikan bersama atau visi bersama untuk membangun ketahanan kota.
Misalnya, peringatan dini menjangkau setiap orang yang berisiko
akan memungkinkan orang untuk melindungi diri mereka sendiri dan meminimalkan
kehilangan nyawa dan harta benda.
Integrated
Sistem yang terpadu. menyatukan berbagai sistem dan institusi yang berbeda. Proses terpadu menyatukan sistem dan institusi dan juga dapat mengatalisasi manfaat tambahan karena sumber daya dibagikan dan para aktor dimungkinkan untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Misalnya, rencana kota terpadu
memungkinkan kota untuk menangani masalah multidisiplin seperti perubahan
iklim, pengurangan risiko bencana atau respons darurat melalui koordinasi.
Robust
Kekuatan yang meminimalisir kegagalan. sistem yang disusun dengan baik, dibangun, dan dikelola. Desain yang kuat dipahami dengan baik, dibangun dan dikelola dan termasuk membuat ketentuan untuk memastikan kegagalan dapat diprediksi, aman, dan tidak proporsional dengan penyebabnya.
Sebagai contoh, infrastruktur
pelindung yang kuat tidak akan gagal serempak ketika ambang batas desain
terlampaui.
Redundant
Mempunyai kapasitas cadangan. kapasitas cadangan sengaja dibuat untuk mengakomodasi gangguan. Redundansi mengacu pada kapasitas cadangan yang sengaja dibuat untuk mengakomodasi gangguan karena tekanan ekstrem, lonjakan permintaan, atau peristiwa eksternal.
Ini mencakup keragaman di mana ada banyak cara untuk mencapai kebutuhan
tertentu. Misalnya, sistem energi yang menggabungkan redundansi menyediakan
banyak jalur pengiriman yang dapat mengakomodasi lonjakan permintaan atau
gangguan pada jaringan pasokan.
Flexible
Memiliki strategi alternatif. kemauan, kemampuan untuk mengadopsi strategi alternatif dalam menanggapi perubahan keadaan. Fleksibilitas mengacu pada kemauan dan kemampuan untuk mengadopsi strategi alternatif dalam menanggapi situasi yang berubah atau krisis yang tiba-tiba.
Sistem dapat dibuat lebih fleksibel dengan
memperkenalkan teknologi atau pengetahuan baru, termasuk mengenali praktik
tradisional. Misalnya, pada saat krisis, kota-kota dapat menggunakan kembali
bus umum untuk evakuasi darurat.
Itulah pembahasan mengenai
Resilient City yang bersumber dari 100 Resilient Cities. Kunjungi selalu Jendela Kota untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai tata ruang dan Sistem
Informasi Geografis. Semoga Bermanfaat.
Created By: Rahman Hilmy N.
Belum ada Komentar untuk "Mengenal lebih dekat dengan Resilient City"
Posting Komentar